Friday, March 30, 2018

Aku Pakai ini Untuk Meredakan Diare


Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, diare adalah gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan/atau lendir.  Diare berkaitan erat dengan prilaku hidup sehat, higiene, sanitasi, ketersediaan sumber air bersih, dan ketersediaan jamban keluarga.

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik penduduk, diare cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan rendah, kuintil indeks kepemilikan rendah, dan yang bekerja sebagai petani/ nelayan/ buruh. Selain itu, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare.

Diare merupakan penyebab kematian kedua terbanyak pada anak usia dibawah lima tahun setelah pneumonia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Di samping itu, kondisi kurang gizi dan dehidrasi (kurang cairan) merupakan pendukung terhadap penyebab sepertiga dari kematian tersebut.

Cerdas Menangani Diare
Apakah anda pernah mengalami diare? Iya, aku pernah. Aku ingat hari itu adalah hari Jumat. Setelah pulang dari kampus, aku merasa agak demam. Setelah makan malam, akupun tidak kuat beraktivitas lagi, dan langsung tidur.
Keesokan harinya, aku bolak-balik buang air besar. Hingga ketiga kali aku selesai dari kamar mandi, aku teringat dengan obat tradisional yang dibekali mama. Obat tradisional berbentuk serbuk yang biasa digunakan untuk meredakan diare itu segera aku seduh dengan air hangat, dan diminum segera. Sesuai dengan petunjuk penggunaan, aku mengonsumsi tiga kali satu sachet sehari itu. Tetapi, diare berlanjut hingga malam menjelang tidur mencapai sepuluh kali. Walaupun demikian, aku tetap berharap besok bangun sudah sembuh ya.

Namun, Minggu subuh aku terbangun untuk buang air besar lagi, dengan konsistensi yang encer seperti hari sebelumnya. Karena Senin (keesokan hari) akan memasuki minggu ujian, maka aku tidak ingin membiarkan diare ini mengganggu performa ujianku. Aku memutuskan untuk berobat ke dokter. Minggu hingga jam 8 pagi, aku selesai mandi dan siap berangkat ke klinik, aku sudah buang air besar sebanyak tiga kali dengan konsistensi yang encer.
Hari itu, aku diresepkan obat Loperamid dan Oralit. Loperamide sebagai antidiare yang bekerja dengan memperlambat gerakan saluran pencernaan. Cara pemakaian yang diberitahukan adalah minum sebanyak 2 tablet, lalu minum satu tablet setiap buang air besar. Sedangkan Oralit untuk mencegah dan mengobati kurang cairan (dehidrasi) akibat diare/mencret/muntaber, diminum dua sachet (seduh dengan air minum 400ml) tiap kali mencret.
Setelah minum dua tablet Loperamide 2 mg dan dua sachet Oralit, aku tenang belajar hari itu. Tetapi keesokan harinya, aku diare lagi mulai subuh hingga menjelang berangkat ke kampus (jam 8) sebanyak 3 kali. Aku mulai sedikit berpikiran picik, kenapa diare hanya reda di hari aku minum Loperamide, tetapi kambuh lagi di hari berikut. Jadi, aku menyeduh dan minum dua sachet Oralit lagi, tanpa minum Loperamide hari itu, dengan tetap berharap diare tidak melanda di tengah mengerjakan ujian. 

Untung sekali, hari itu tidak diare selama ujian. Namun agar sembuh total dari diare, aku memilih untuk mencoba alternatif lain. Aku ingat pernah nonton suatu acara kesehatan yang memperkenalkan bahwa apel kukus bisa meredakan diare. Kebetulan aku memiliki stok buah apel dalam kulkas. Cukup memanfaatkan yang seadanya di kos, aku mencuci apel, memotongnya menjadi dua bagian, lalu mengukusnya menggunakan rice cooker selama sekitar lima belas menit.


Apel Kukus Meredakan Diare (Dokumentasi Pribadi)


Apel hasil kukus ini bertekstur lebih lembek berair daripada apel yang tidak dimasak. Dengan mengukus apel, kandungan Pektin dalam apel akan meningkat. Pektin inilah yang berfungsi sebagai antidiare, karena Pektin merupakan adsorben (menyerap racun penyebab diare), dan pembentuk massa tinja (memadatkan tinja). Setelah menghabiskan satu apel merah kukus tersebut, aku tidak lagi diganggu diare. Dengan buang air besar kembali normal, aku melewati ujian dengan lancar.

Namun bila anda tidak memiliki apel saat diare, ada sediaan praktis yang bisa anda dapatkan dengan mudah di pasaran, yaitu Entrostop tablet, yang memiliki kandungan Pektin dan Attapulgite. Selain mengandung Pektin yang merupakan salah satu jenis karbohidrat yang kaya dalam apel, Entrostop ini mengandung attapulgite yang juga merupakan suatu adsorben. Entrostop ini merupakan obat antidiare yang dapat menyerap racun/bakteri penyebab diare dan mengurangi frekwensi buang air besar.

Entrostop (Dokumentasi Pribadi)
Sedangkan bagi anak-anak, tersedia Entrostop Anak yang membantu mengurangi frekwensi buang air besar (mencret) dan membantu memadatkan tinja. Entrostop Anak ini merupakan obat tradisional dengan kandungan: ekstrak daun jambu biji (Psidi folium leaf), ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica rhizome), ekstrak daun teh (Camellia sinensis leaf), dan ekstrak rimpang jahe (Zingiber rhizome).


Mengapa Oralit itu Penting?

Dehidrasi merupakan salah satu komplikasi penyakit diare yang dapat menyebabkan kematian. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh selama diare. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya dehidrasi, menggunakan Oral Rehydration Salts (ORS)/ Cairan Rehidrasi Oral (CRO) merupakan solusi yang efektif dan harga terjangkau. 
Oralit merupakan campuran garam elektrolit seperti Natrium Klorida (NaCl), Kalium Klorida (KCl), Trisodium Sitrat Hidrat, serta Glukosa Anhidrat. Fungsinya membantu mengganti cairan yang hilang karena diare. Tiap kantong (sachet) untuk 200ml mengandung:
Natrium klorida (NaCl) 0.52 gram
Kalium klorida (KCl) 0.3 gram
Trisodium sitrat dihidrat 0.58 gram
Glukosa anhidrat 2.7gram
Oralit (Dokumentasi Pribadi)
Cara mempersiapkan oralit:
1.   Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir. Siapkan satu gelas air minum (200cc) atau sesuai aturan pakai pada kemasan.
2.   Tuang isi kemasan Oralit ke dalam air yang telah disiapkan
3.   Aduk hingga merata, larutan Oralit siap diminum.
4.   Jangan gunakan larutan Oralit setelah lebih dari 24 jam (buat larutan baru)
Walaupun ini merupakan cairan elektrolit, tetapi minuman elektrolit di pasaran tidaklah tepat untuk menggantikan kehilangan cairan dan elektrolit selama diare. Selain karena tinggi gula, kandungan minuman elektrolit tersebut tidak cukup untuk menggantikan kehilangan elektrolit selama diare. Bila tidak memiliki oralit, cukup buat Larutan Gula Garam (LGG) dengan melarutkan enam sendok teh gula, dan setengah sendok teh garam dalam satu liter air minum bersih.

Lintas Diare

Lintas Diare (Sumber: Departemen Kesehatan)

Tata laksana diare yang disosialisasikan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Lintas Diare, yaitu singkatan dari Lima Langkah Tuntaskan Diare, diberikan kepada setiap anak diare yang terdiri dari:
1.   Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi, dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah.
2.   Berikan obat zink selama 10 hari berturut-turut
Zink merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan. Zink yang ada dalam tubuh akan menurun drastis ketika mengalami diare. Namun, zink juga merupakan mineral yang penting bagi tubuh, meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan proses epitelisasi selama masa penyembuhan diare. Zink mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekwensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.
    Dosis pemberian Zink:
- Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari
- Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.
Zink tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.
Cara pemberian tablet zink:
Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.
Bila anak muntah, sekitar 30 menit setelah pemberian obat Zink ulangi pemberian obat Zink dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis penuh.
3.   Teruskan ASI/makanan
Bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan
4.   Berikan antibiotik secara selektif
Tidak semua diare perlu diobati dengan antibiotik. Antibiotik hanya diberikan sesuai resep dari dokter.
5.   Berikan nasihat
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/ pengasuh tentang cara pemberian Oralit, Zink, ASI/ makanan dan tanda-tanda untuk segera kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan jika diare lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan/minum sedikit, demam, tinja berdarah, tidak membaik dalam 3 hari.

Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati
Berikut adalah cara atasi diare dengan tepat dan benar yang dilansir dari Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan tentang Situasi Diare di Indonesia:
1.   Hindari makanan dan minuman yang tidak bersih
Diare merupakan salah satu penyakit yang dapat ditularkan melalui makanan dan minuman yang telah tercemar, jadi makanan yang bersih sangat penting untuk mencegah terjadinya diare. Selain itu, perilaku sehat yang dapat dilakukan untuk mencegah diare pada anak antara lain:
a.    Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat gizi tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. Dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya, ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare.
b.   Makanan Pendamping ASI
Anak kecil harus diperkenalkan perlahan-lahan terhadap berbagai variasi makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi seiring dengan pertumbuhannya. Ada beberapa saran dalam pemberian makanan pendamping ASI, yaitu cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak, suapi anak dengan sendok yang bersih, masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
2.   Menggunakan Air Bersih
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Ambil air dari sumber air yang bersih.
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air.
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak.
d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih).
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan cukup.
3.   Mencuci Tangan
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
4.   Buang air besar di jamban
Setiap rumah harus mempunyai jamban yang berfungsi baik, dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga, dan dibersihkan secara teratur. Selain itu, tinja bayi juga harus dibuang dengan benar :
a. Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban
b. Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau olehnya.
c. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
d. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun.


Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan: Lintas Diare. Jakarta: Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Penuntun Hidup Sehat Edisi Keempat. Tersedia online di http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/buku-penuntun-hidup-sehat.pdf [diakses pada 28 Maret 2018].
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Situasi Diare di Indonesia. Tersedia online di http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-diare.pdf [diakses pada 28 Maret 2018].
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Tersedia online di http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf [diakses pada 28 Maret 2018].

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Riset Kesehatan Dasar 2015. Tersedia online di http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf [diakses pada 28 Maret 2018].

No comments:

Post a Comment