Berdasarkan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, diare adalah gangguan buang air besar/BAB
ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair,
dapat disertai dengan darah dan/atau lendir. Diare berkaitan erat dengan prilaku hidup
sehat, higiene, sanitasi, ketersediaan sumber air bersih, dan ketersediaan
jamban keluarga.
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik penduduk, diare cenderung lebih
tinggi pada kelompok pendidikan rendah, kuintil indeks kepemilikan rendah, dan yang
bekerja sebagai petani/ nelayan/ buruh. Selain itu, kelompok umur balita adalah
kelompok yang paling tinggi menderita diare.
Diare merupakan
penyebab kematian kedua terbanyak pada anak usia dibawah lima tahun setelah
pneumonia. Penyebab
utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah
maupun di sarana kesehatan. Di samping
itu, kondisi kurang gizi dan dehidrasi (kurang cairan) merupakan pendukung
terhadap penyebab sepertiga dari kematian tersebut.
Cerdas Menangani Diare
Apakah anda pernah mengalami diare? Iya,
aku pernah. Aku ingat hari itu adalah hari Jumat. Setelah pulang dari kampus,
aku merasa agak demam. Setelah makan malam, akupun tidak kuat beraktivitas
lagi, dan langsung tidur.
Keesokan harinya, aku bolak-balik buang
air besar. Hingga ketiga kali aku selesai dari kamar mandi, aku teringat dengan
obat tradisional yang dibekali mama. Obat tradisional berbentuk serbuk yang
biasa digunakan untuk meredakan diare itu segera aku seduh dengan air hangat,
dan diminum segera. Sesuai dengan petunjuk penggunaan, aku mengonsumsi tiga
kali satu sachet sehari itu. Tetapi,
diare berlanjut hingga malam menjelang tidur mencapai sepuluh kali. Walaupun
demikian, aku tetap berharap besok bangun sudah sembuh ya.
Namun, Minggu subuh aku terbangun untuk
buang air besar lagi, dengan konsistensi yang encer seperti hari sebelumnya.
Karena Senin (keesokan hari) akan memasuki minggu ujian, maka aku tidak ingin
membiarkan diare ini mengganggu performa ujianku. Aku memutuskan untuk berobat
ke dokter. Minggu hingga jam 8 pagi, aku selesai mandi dan siap berangkat ke
klinik, aku sudah buang air besar sebanyak tiga kali dengan konsistensi yang
encer.
Hari itu, aku diresepkan obat Loperamid
dan Oralit. Loperamide sebagai antidiare yang bekerja dengan memperlambat gerakan
saluran pencernaan. Cara pemakaian yang diberitahukan adalah minum sebanyak 2
tablet, lalu minum satu tablet setiap buang air besar. Sedangkan Oralit untuk
mencegah dan mengobati kurang cairan (dehidrasi) akibat diare/mencret/muntaber,
diminum dua sachet (seduh dengan air
minum 400ml) tiap kali mencret.
Setelah minum dua tablet Loperamide 2 mg
dan dua sachet Oralit, aku tenang
belajar hari itu. Tetapi keesokan harinya, aku diare lagi mulai subuh hingga
menjelang berangkat ke kampus (jam 8) sebanyak 3 kali. Aku mulai sedikit
berpikiran picik, kenapa diare hanya reda di hari aku minum Loperamide, tetapi
kambuh lagi di hari berikut. Jadi, aku menyeduh dan minum dua sachet Oralit lagi, tanpa minum Loperamide
hari itu, dengan tetap berharap diare tidak melanda di tengah mengerjakan
ujian.
Untung sekali, hari itu tidak diare
selama ujian. Namun agar sembuh total dari diare, aku memilih untuk mencoba
alternatif lain. Aku ingat pernah nonton suatu acara kesehatan yang memperkenalkan
bahwa apel kukus bisa meredakan diare. Kebetulan aku memiliki stok buah apel
dalam kulkas. Cukup memanfaatkan yang seadanya di kos, aku mencuci apel,
memotongnya menjadi dua bagian, lalu mengukusnya menggunakan rice cooker selama sekitar lima belas
menit.
![]() | ||
Apel Kukus Meredakan Diare (Dokumentasi Pribadi) |
Apel hasil kukus ini bertekstur lebih
lembek berair daripada apel yang tidak dimasak. Dengan mengukus apel, kandungan
Pektin dalam apel akan meningkat. Pektin inilah yang berfungsi sebagai
antidiare, karena Pektin merupakan adsorben (menyerap racun penyebab diare),
dan pembentuk massa tinja (memadatkan tinja). Setelah menghabiskan satu apel
merah kukus tersebut, aku tidak lagi diganggu diare. Dengan buang air besar
kembali normal, aku melewati ujian dengan lancar.
Namun bila anda tidak memiliki apel saat diare,
ada sediaan praktis yang bisa anda dapatkan dengan mudah di pasaran, yaitu
Entrostop tablet, yang memiliki kandungan Pektin dan Attapulgite. Selain
mengandung Pektin yang merupakan salah satu jenis karbohidrat yang kaya dalam
apel, Entrostop ini mengandung attapulgite yang juga merupakan suatu adsorben.
Entrostop ini merupakan obat antidiare yang dapat menyerap racun/bakteri
penyebab diare dan mengurangi frekwensi buang air besar.
Sedangkan bagi anak-anak,
tersedia Entrostop Anak yang membantu mengurangi frekwensi buang air besar
(mencret) dan membantu memadatkan tinja. Entrostop Anak ini merupakan obat
tradisional dengan kandungan: ekstrak daun jambu biji (Psidi folium leaf), ekstrak
rimpang kunyit (Curcuma domestica rhizome), ekstrak daun teh (Camellia sinensis
leaf), dan ekstrak rimpang jahe (Zingiber rhizome).
Mengapa Oralit itu Penting?
Dehidrasi
merupakan salah satu komplikasi penyakit diare yang dapat menyebabkan kematian. Walaupun air sangat penting untuk
mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh selama diare. Oleh
karena itu, untuk mencegah terjadinya dehidrasi, menggunakan Oral Rehydration Salts (ORS)/ Cairan
Rehidrasi Oral (CRO) merupakan solusi yang efektif dan harga terjangkau.
Oralit merupakan
campuran garam elektrolit seperti Natrium Klorida (NaCl), Kalium Klorida (KCl),
Trisodium Sitrat Hidrat, serta Glukosa Anhidrat. Fungsinya membantu mengganti
cairan yang hilang karena diare. Tiap kantong (sachet) untuk 200ml mengandung:
Natrium klorida (NaCl) 0.52 gram
Kalium klorida (KCl) 0.3 gram
Trisodium sitrat dihidrat 0.58 gram
Glukosa anhidrat 2.7gram
![]() |
Oralit (Dokumentasi Pribadi) |
Cara mempersiapkan oralit:
1.
Cuci tangan pakai sabun dan air
mengalir. Siapkan satu gelas air minum (200cc) atau sesuai aturan pakai pada
kemasan.
2.
Tuang isi kemasan Oralit ke dalam
air yang telah disiapkan
3.
Aduk hingga merata, larutan
Oralit siap diminum.
4.
Jangan gunakan larutan Oralit setelah
lebih dari 24 jam (buat larutan baru)
Walaupun ini
merupakan cairan elektrolit, tetapi minuman elektrolit di pasaran tidaklah
tepat untuk menggantikan kehilangan cairan dan elektrolit selama diare. Selain
karena tinggi gula, kandungan minuman elektrolit tersebut tidak cukup untuk
menggantikan kehilangan elektrolit selama diare. Bila tidak memiliki oralit,
cukup buat Larutan Gula Garam (LGG) dengan melarutkan enam sendok teh gula, dan
setengah sendok teh garam dalam satu liter air minum bersih.
Lintas Diare
![]() |
Lintas Diare (Sumber: Departemen Kesehatan) |
Tata laksana diare yang disosialisasikan oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia adalah Lintas Diare, yaitu singkatan dari Lima
Langkah Tuntaskan Diare, diberikan kepada setiap anak diare yang terdiri dari:
1. Berikan
Oralit
Untuk
mencegah terjadinya dehidrasi, dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan
memberikan oralit osmolaritas rendah.
2. Berikan
obat zink selama 10 hari berturut-turut
Zink
merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan
pertumbuhan. Zink yang ada dalam tubuh akan menurun drastis ketika mengalami
diare. Namun, zink juga merupakan mineral yang penting bagi tubuh,
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan proses epitelisasi selama masa
penyembuhan diare. Zink mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekwensi buang air besar, mengurangi
volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan
berikutnya.
Dosis pemberian
Zink:
- Umur < 6
bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari
- Umur > 6
bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.
Zink tetap
diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.
Cara pemberian
tablet zink:
Larutkan tablet
dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak
diare.
Bila anak
muntah, sekitar 30 menit setelah pemberian obat Zink ulangi pemberian obat Zink
dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan dilarutkan beberapa kali hingga
satu dosis penuh.
3. Teruskan
ASI/makanan
Bertujuan
untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan
tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan
4. Berikan
antibiotik secara selektif
Tidak
semua diare perlu diobati dengan antibiotik. Antibiotik hanya diberikan sesuai
resep dari dokter.
5. Berikan
nasihat
Berikan
nasihat dan cek pemahaman ibu/ pengasuh tentang cara pemberian Oralit, Zink,
ASI/ makanan dan tanda-tanda untuk segera kembali ke fasilitas pelayanan
kesehatan jika diare lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan/minum
sedikit, demam, tinja berdarah, tidak membaik dalam 3 hari.
Lebih Baik Mencegah
Daripada Mengobati
Berikut
adalah cara atasi diare dengan tepat dan benar yang
dilansir dari Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan tentang
Situasi Diare di Indonesia:
1. Hindari
makanan dan minuman yang tidak bersih
Diare merupakan
salah satu penyakit yang dapat ditularkan melalui makanan dan minuman yang
telah tercemar, jadi makanan yang bersih sangat penting untuk mencegah
terjadinya diare. Selain itu, perilaku sehat yang dapat dilakukan untuk
mencegah diare pada anak antara lain:
a. Pemberian
Air Susu Ibu (ASI)
ASI
adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat gizi tersedia dalam bentuk
yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. Dengan
adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya, ASI turut memberikan
perlindungan terhadap diare.
b. Makanan
Pendamping ASI
Anak kecil harus
diperkenalkan perlahan-lahan terhadap berbagai variasi makanan untuk memenuhi
kebutuhan gizi seiring dengan pertumbuhannya. Ada beberapa saran dalam
pemberian makanan pendamping ASI, yaitu cuci tangan sebelum meyiapkan makanan
dan meyuapi anak, suapi anak dengan sendok yang bersih, masak makanan dengan
benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum
diberikan kepada anak.
2. Menggunakan
Air Bersih
Yang harus
diperhatikan oleh keluarga :
a. Ambil air
dari sumber air yang bersih.
b. Simpan air
dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk
mengambil air.
c. Jaga sumber
air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak.
d. Minum air
yang sudah matang (dimasak sampai mendidih).
e. Cuci semua peralatan
masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan cukup.
3. Mencuci
Tangan
Mencuci tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
4. Buang
air besar di jamban
Setiap
rumah harus mempunyai jamban yang berfungsi baik, dapat dipakai oleh seluruh
anggota keluarga, dan dibersihkan secara teratur. Selain itu, tinja
bayi juga harus dibuang dengan benar :
a. Kumpulkan
segera tinja bayi dan buang di jamban
b. Bantu anak
buang air besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau olehnya.
c. Bila tidak
ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam lubang atau di
kebun kemudian ditimbun.
d. Bersihkan
dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun.
Daftar Pustaka
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan: Lintas Diare.
Jakarta: Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI.
Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Penuntun Hidup Sehat Edisi Keempat.
Tersedia online di http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/buku-penuntun-hidup-sehat.pdf
[diakses pada 28 Maret 2018].
Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan Situasi Diare di Indonesia. Tersedia online di http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-diare.pdf
[diakses pada 28 Maret 2018].
Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Tersedia online
di http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
[diakses pada 28 Maret 2018].
Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Riset Kesehatan Dasar 2015. Tersedia online
di http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf
[diakses pada 28 Maret 2018].
No comments:
Post a Comment