Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), budaya berarti sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan yang sudah sukar diubah. Selanjutnya, yang membentuk budaya suatu
daerah adalah masyarakat setempat. Di Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika ini,
warna-warni masing-masing kalangan masyarakat turut memperindah budaya
setempat, salah satunya di Tanjung Balai Karimun (sebuah kabupaten di Provinsi
Kepulauan Riau). Kalo ngomongin soal
budaya, tentu salah satunya adalah mengenai makanan.
Nah,
apa aja sih makanan yang mencerminkan budaya Tanjung Balai Karimun? Sebagai
tanah Melayu, makanan melayu merupakan ciri khas setempat. Selain itu,
banyaknya warga suku Tionghua dengan budaya Tionghua yang masih kental juga
turut menambah cita rasa makanan lokal. Dalam artikel ini, makanan yang akan
diceritakan merupakan makanan berbahan dasar tepung beras.
Pertama,
Putu Piring yang merupakan sejenis kue basah khas melayu. Kue ini berbentuk
piring cembung dengan ukuran diameter sekitar 10cm, dan berisi gula merah.
Setelah dikukus pada cetakan, diberi taburan parutan kelapa di atasnya, dan
dibungkus menggunakan daun pisang. Makanan ini dapat dijumpai di pasar sebagai
jajanan sarapan, dan juga di jalanan sebagai jajanan sore.
Adonan
kue terdiri dari tepung beras, air, pandan, dan sedikit garam. Isi gula merah
yang melumer saat menyantap Putu Piring yang hangat merupakan kenikmatan yang
sangat menggoda. Parutan kelapa dengan sedikit tambahan garam menjadi taburan
gurih pada Putu Piring. Selain daun pandan yang memberikan rasa wangi pada Putu
Piring, pembungkus daun pisang juga menambah kelezatan kuliner khas melayu ini.
![]() | |
Putu Piring (Dokumentasi Pribadi) |
Kedua,
Char Kuey (Fried Rice Cake) yang
merupakan masakan Tionghua, khususnya dari rumpun Teochew. Makanan ini juga
dapat ditemukan di pasar saat pagi, ataupun sebagai jajanan malam untuk menenangkan keroncongan perut setelah makan malam.
![]() |
Char
Kuey (Dokumentasi Pribadi)
|
Adonan
tepung beras yang bertekstur lembut dipotong berbentuk persegi, kemudian
ditumis bersama bawang putih, telur, dengan berbagai bumbu, antara lain kecap
manis, dan sambal. Tingkat kepedasan dapat disesuaikan dengan selera. Selain
itu, ada juga yang menambahkan chai poh (preserved
turnip/ lobak yang diawetkan dengan diasinkan). Resep para penjaja memang berbeda-beda.
Ada juga penjaja yang tidak menambahkan chai poh saat tumis, melainkan ditabur
setelah Char Kuey matang. Potongan kue tepung beras yang awalnya putih bersih
kini menjadi Char Kuey yang berwarna hitam mengkilap.
Kalo
soal obat flu, gimana budaya warga Tanjung Balai Karimun? Salah satunya adalah
obat yang bergambar empat kepala manusia. Apakah itu? Iya, betul, jawabannya
adalah Mixagrip flu. Bahkan bagi warga yang lupa merknya, cukup mendeskripsikan
obat flu yang ada gambar empat kepala manusia, petugas apotek mapun toko obat
tahu bahwa yang dimaksud adalah Mixagrip Flu.
Walaupun
pernah mengganti desain pada kemasan, tetapi gambarnya tetap berupa kepala
manusia dengan gejala-gejala yang dapat disembuhkan oleh Mixagrip Flu ini,
yaitu hidung tersumbat, bersin-bersin, demam, dan sakit kepala. Begitulah
efektifnya Mixagrip Flu dalam meringankan gejala-gejala tersebut, hingga begitu
membekas dalam ingatan masyarakat Tanjung Balai Karimun.
![]() |
Mixagrip
Flu & Batuk; Mixagrip Flu (Dokumentasi Pribadi)
|
Terus
apa bedanya dengan yang gambar kepala manusianya dua ya? Jadi, itu adalah
Mixagrip Flu dan Batuk, untuk meredakan gejala-gejala flu, seperti demam, sakit
kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin yang disertai batuk.
Sekarang,
sudah tahu nih dua contoh kuliner yang wajib dicicipi saat berkunjung ke
Tanjung Balai Karimun. Lalu, bila flu saat berwisata di Tanjung Balai Karimun,
Mixagrip Flu dengan gambar empat kepala manusia adalah obat yang mudah didapat,
dan efektif khasiatnya.