Thursday, August 16, 2018

Budaya Tepung Beras di Tanjung Balai Karimun

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), budaya berarti sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Selanjutnya, yang membentuk budaya suatu daerah adalah masyarakat setempat. Di Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika ini, warna-warni masing-masing kalangan masyarakat turut memperindah budaya setempat, salah satunya di Tanjung Balai Karimun (sebuah kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau).  Kalo ngomongin soal budaya, tentu salah satunya adalah mengenai makanan.
Nah, apa aja sih makanan yang mencerminkan budaya Tanjung Balai Karimun? Sebagai tanah Melayu, makanan melayu merupakan ciri khas setempat. Selain itu, banyaknya warga suku Tionghua dengan budaya Tionghua yang masih kental juga turut menambah cita rasa makanan lokal. Dalam artikel ini, makanan yang akan diceritakan merupakan makanan berbahan dasar tepung beras.
Pertama, Putu Piring yang merupakan sejenis kue basah khas melayu. Kue ini berbentuk piring cembung dengan ukuran diameter sekitar 10cm, dan berisi gula merah. Setelah dikukus pada cetakan, diberi taburan parutan kelapa di atasnya, dan dibungkus menggunakan daun pisang. Makanan ini dapat dijumpai di pasar sebagai jajanan sarapan, dan juga di jalanan sebagai jajanan sore. 
Adonan kue terdiri dari tepung beras, air, pandan, dan sedikit garam. Isi gula merah yang melumer saat menyantap Putu Piring yang hangat merupakan kenikmatan yang sangat menggoda. Parutan kelapa dengan sedikit tambahan garam menjadi taburan gurih pada Putu Piring. Selain daun pandan yang memberikan rasa wangi pada Putu Piring, pembungkus daun pisang juga menambah kelezatan kuliner khas melayu ini.
Putu Piring (Dokumentasi Pribadi)
Kedua, Char Kuey (Fried Rice Cake) yang merupakan masakan Tionghua, khususnya dari rumpun Teochew. Makanan ini juga dapat ditemukan di pasar saat pagi, ataupun sebagai jajanan malam untuk menenangkan keroncongan perut setelah makan malam.
Char Kuey (Dokumentasi Pribadi)
Adonan tepung beras yang bertekstur lembut dipotong berbentuk persegi, kemudian ditumis bersama bawang putih, telur, dengan berbagai bumbu, antara lain kecap manis, dan sambal. Tingkat kepedasan dapat disesuaikan dengan selera. Selain itu, ada juga yang menambahkan chai poh (preserved turnip/ lobak yang diawetkan dengan diasinkan). Resep para penjaja memang berbeda-beda. Ada juga penjaja yang tidak menambahkan chai poh saat tumis, melainkan ditabur setelah Char Kuey matang. Potongan kue tepung beras yang awalnya putih bersih kini menjadi Char Kuey yang berwarna hitam mengkilap.
Kalo soal obat flu, gimana budaya warga Tanjung Balai Karimun? Salah satunya adalah obat yang bergambar empat kepala manusia. Apakah itu? Iya, betul, jawabannya adalah Mixagrip flu. Bahkan bagi warga yang lupa merknya, cukup mendeskripsikan obat flu yang ada gambar empat kepala manusia, petugas apotek mapun toko obat tahu bahwa yang dimaksud adalah Mixagrip Flu.
Walaupun pernah mengganti desain pada kemasan, tetapi gambarnya tetap berupa kepala manusia dengan gejala-gejala yang dapat disembuhkan oleh Mixagrip Flu ini, yaitu hidung tersumbat, bersin-bersin, demam, dan sakit kepala. Begitulah efektifnya Mixagrip Flu dalam meringankan gejala-gejala tersebut, hingga begitu membekas dalam ingatan masyarakat Tanjung Balai Karimun.
Mixagrip Flu & Batuk; Mixagrip Flu (Dokumentasi Pribadi)

Terus apa bedanya dengan yang gambar kepala manusianya dua ya? Jadi, itu adalah Mixagrip Flu dan Batuk, untuk meredakan gejala-gejala flu, seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin yang disertai batuk.
Sekarang, sudah tahu nih dua contoh kuliner yang wajib dicicipi saat berkunjung ke Tanjung Balai Karimun. Lalu, bila flu saat berwisata di Tanjung Balai Karimun, Mixagrip Flu dengan gambar empat kepala manusia adalah obat yang mudah didapat, dan efektif khasiatnya.