Sunday, May 23, 2021

Tips Bersih dan Cantik dengan Sampah Sisa Makanan

     Apakah anda sudah makan hari ini? Apakah ada sampah dari makanan hari ini? Tidak, karena makanan diambil secukupnya, dimakan, dan dihabiskan. Yakin? Bagaimana dengan sampah dari proses penyiapan makanan anda?

Pada tahun 2011, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (Food and Agriculture Organization (FAO) United Nations (UN)) pertama kali melaporkan hasil penelitian tentang dampak sampah sisa makanan (food waste) akan lingkungan. Penelitian ini memperkirakan, sepertiga dari total makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia di dunia hilang atau terboroskan per tahun.

Berdasarkan United Nations Environment Programme (UNEP), sampah sisa makanan (food waste) didefinisikan sebagai makanan (termasuk minuman) dan berhubungan dengan bagian tidak dapat dimakan yang dihilangkan dari rantai persediaan makanan manusia dalam sektor: produksi produk makanan, pedagang eceran, pelayanan makanan, dan rumah tangga.

Selanjutnya, dalam sebuah publikasi oleh Economist Intelligence Unit melaporkan bahwa Indonesia adalah negara yang menduduki peringkat kedua setelah Arab Saudi dalam hal membuang-buang makanan. Setiap tahunnya terdapat 13 juta ton sisa makanan yang terbuang di Indonesia atau setara dengan 500 kali berat monas dan jika di rata-ratakan setiap orang di Indonesia membuang 300 kg sampah makanan setiap tahunnya.

 

Pemboros Makanan Terbesar (sumber: The Economist Intelligence Unit, 2016)






Inovasi dan Penelitian Mahasiswa akan Sampah Sisa Makanan

Isu ini memang sudah bukan sebuah isu baru, melainkan isu yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dan harus segera ditangani. Mahasiswa-mahasiswa Indonesia juga dituntut berinovasi dalam menangani sampah sisa makanan ini, baik tugas kuliah, penelitian tugas akhir, maupun untuk mengikuti berbagai ajang perlombaan. Adapun yang saya atau beberapa teman kuliahku lakukan saat itu antara lain brownies cangkang telur, churros kulit pisang, bioplastik dari bonggol jagung.

Di sini, saya ingin menyatakan bahwa sampah makanan yang digunakan dalam penelitian, pembuatan produk-produk tugas kuliah dan perlombaan adalah benar mengumpulkan sampah makanan di pedagang makanan, penjual jus buah, atau pasar tradisional sekitar kampus, tanpa sengaja menciptakan sampah makanan yang baru, dengan ketentuan hanya satu tempat khusus pengumpulan sampah makanan untuk memastikan bahan yang digunakan adalah homogen.

 

Pemanfaatan Air Rendaman Kulit Buah dan Sayur sebagai Deterjen Pembersih Keramik

Berikut, dalam artikel ini, saya akan membagikan cerita suatu penelitan Pemanfaatan Air Rendaman Kulit Buah dan Sayur sebagai Deterjen Pembersih Keramik yang saya dan tim kerjakan dalam mengikuti lomba Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P) yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) pada tahun 2014. Sebenarnya, pemanfaatan air rendaman kulit buah dan sayur sebagai deterjen rumah tangga sudah ada di beberapa negara di Asia, tetapi belum ada penelitian ilmiah tentang efektivitasnya.

Oleh karena itu, kami melakukan penelitian menggunakan kulit buah jeruk, dan sayur kol, yang sering menjadi sampah sisa makanan, dan bukan merupakan produk musiman. Kami berkomunikasi terlebih dahulu pada penjual jus buah tentang peruntukan kami, menitipkan wadah untuk penyimpanan sampah makanan tersebut, dan mengoleksi sampah makanan secara rutin untuk menghindari timbulnya bau tidak sedap di tempat makan akibat pengumpulan sampah tersebut. Selanjutnya, kami memperoleh kol dari pasar tradisional.

Sebanyak 1 kg gula merah (yang sudah dihaluskan), 1,5 kg kulit buah jeruk dan 1,5 kg sayur kol dimasukkan ke dalam 10 kg air (Perbandingan gula merah: kulit buah dan sayur: air adalah 1:3:10). Campuran tersebut diaduk rata dan ditutup rapat dalam wadah toples plastik. Gas yang terbentuk dilepas setiap sekali sehari untuk 1 bulan pertama. Selanjutnya, untuk bulan ke-2 dan ke-3, pelepasan gas hanya dilakukan bila perlu. Lalu, larutan dari disaring dan rendaman siap dievaluasi.

Pembuatan Air Rendaman Kulit Buah dan Sayur sebagai Deterjen Pembersih Keramik

Air Rendaman Kulit Buah dan Sayur saat 3 bulan


Air Rendaman Kulit Buah dan Sayur disaring, dan siap digunakan

Proses ini disebut sebagai proses fermentasi. Hasil fermentasi selama 3 bulan ini menghasilkan larutan berbau asam wangi, dengan pH 4.

Kemudian, rendaman tersebut dievaluasi dengan metode uji koefisien fenol yang merupakan metode pengujian efektivitas desinfektan. Karena tujuan penelitian ini adalah ingin membuktikan efektivitas rendaman ini sebagai pembersih rumah tangga, maka bakteri yang digunakan adalah Escherichia coli, salah satu jenis bakteri yang sering dijumpai pada kamar mandi.

Namun, pada hasil pengujian koefisien fenol tidak dapat disimpulkan karena terjadi pertumbuhan mikroorganisme yang tidak beraturan pada beberapa pengenceran. Hal ini dapat disebabkan oleh pertumbuhan bakteri Escherichia coli maupun karena adanya mikroorganisme hasil fermentasi.

Oleh karena itu, pengujian diulangi dengan memipet 5 μl larutan rendaman yang berkontak dengan bakteri selama 15 menit ke dalam cawan petri besar dan ditumbuhkan dalam media Mac Conkey. Media ini memberikan karakteristik pada pertumbuhan bakteri gram negatif dan gram positif sehingga dapat mengonfirmasi apakah bakteri yang tumbuh adalah Escherichia coli atau bukan. Setelah diinkubasi selama 18-24 jam, hasil pengamatan menunjukkan tidak adanya pertumbuhan Escherichia coli yang berarti bakteri terbunuh dengan rendaman konsentrasi 50%, 25 % dan 16,7% pada waktu kontak selama 15 menit.

Kemudian, kami memberikan air rendaman tersebut kepada petugas kebersihan di kampus, dan mendapatkan respon baik akan hasil membersihkan dari rendaman tersebut. Kami juga membagikan tips pembuatan rendaman ini pada media sosial, dengan harapan dapat dimanfaatkan kalangan luas.

 

Tips Cantik dengan Sampah Sisa Makanan

Saya sudah rutin melakukan perawatan kulit dengan masker putih telur seminggu sekali selama beberapa bulan, layak salah satu informasi pemanfaatan putih telur sebagai masker alami yang dibagikan pada akun Instagram @bandungfoodsmartcity. Tentunya, dengan memanfaatkan sampah sisa makanan.

Masker Alami dari Putih Telur (Sumber: akun Instagram @bandungfoodsmartcity)

Sadari atau tidak, bahwa putih telur sering kali sulit tertuang keluar semua dari cangkangnya? Ya, tentu, karena putih telur bertekstur kental, kecuali kalau anda menerbalikkan cangkang telur selama waktu tertentu demi tetesan terakhir. Tetapi, saya yakin kebanyakan ibu-ibu rumah tangga ataupun koki-koki tidak melakukannya, betul?

Nah, cara ini memberi solusi bagi anda untuk tampil cantik menggunakan putih telur hingga tetesan terakhir:

1. Cuci muka anda hingga bersih.

2. Oleskan putih telur ke muka.

3. Lepaskan lapisan putih dari cangkang telur (lapisan membran cangkang), dan tempelkan merata pada muka.

4. Diamkan sekitar 15 menit (atau hingga putih telur agak mengering, sehingga wajah terasa kencang). Jangan kelamaan atau hingga terlalu kering putih telurnya ya, karena kulit muka bisa berlebihan tertarik, sehingga berpotensi menimbulkan keriput.

5. Kupas pelan-pelan lapisan membran cangkang dari muka, dan komedo di muka akan terangkat.

6. Gunakan air bersih untuk membilas wajah.

 

(Dari kanan atas) 1. Cangkang telur dengan sedikit putih telur yang tersisa; 2. Mengupas membran cangkang; 3. Menempelkan membran cangkang pada muka; 4. Membran cangkang sudah 15 menit pada muka; 5. Komedo terangkat oleh membran cangkang dan putih telur.

Kini, sampah makanan di rumah dapat termanfaatkan dengan baik. Pembersih keramik, dan masker perawatan muka sudah tidak perlu dibeli, melainkan didaur ulang dari sampah makanan. Selain mengurangi limbah organik, juga mengurangi pemanfaatan zat-zat kimiawi di rumah. Sampah sisa makanan pada level konsumen adalah tanggung jawab kita semua. Bagi anda yang ingin tahu lebih banyak informasi, tips dan trik mengurangi sampah makanan, mari mengikuti akun media sosial Bandung food smart city:

Fanpage     : bandungfoodsmartcity

Twitter       : @bdgcerdaspangan

Instagram   : @bandungfoodsmartcity

Youtube      : bandungfoodsmartcity

Website      : https://bandungfoodsmartcity.org


Daftar Pustaka

 

FAO. 2011. Global Food Losses and Waste. Extent, Causes and Prevention. Available at http://www.fao.org/docrep/014/mb060e/mb060e00.pdf  [diakses pada 27 April 2021].

Prakash, Bhavani. 2011. Garbage Enzymes. Available online at http://vegvibe.com/VegVibeJan11.pdf [diakses pada tanggal 14 Oktober 2013].

The Economist Intelligence Unit. 2016. Fixing Food Towards A More Sustainable Food System. Available online at https://www.barillacfn.com/m/publications/fixing-food-towards-a-more-sustainable-food-system.pdf [diakses pada 23 Mei 2021].

United Nations Environment Programme (2021). Food Waste Index Report 2021. Nairobi. [diakses pada 27 April 2021].