Wednesday, January 27, 2016

Berani Tersesat, Berani Bertanya

“Belajar dari masa lalu, hidup di hari ini, berharap untuk masa depan. Yang terpenting adalah jangan berhenti bertanya,” kata Albert Einstein (seorang ilmuwan terkenal).
Saya adalah seorang gadis, anak sulung dari sebuah keluarga sederhana. Saya lahir dan besar di sebuah pulau yang tidak ditemukan pada peta dunia, bahkan peta Indonesia. Untuk membidik pulau kecil itu, anda perlu melirik ke peta Provinsi Kepulauan Riau.
Setelah lulus SMA, saya menuntut ilmu di sebuah perguruan tinggi di Bandung. Awal merantau, saya merasa seperti katak yang baru dikeluarkan dari tempurung. Saya dari sebuah pulau kecil yang tidak ada mall, bioskop, bahkan restoran-restoran makanan siap saji yang sudah bercabang di mana-mana belum mengunjuk gigi di sana saat itu. Saat awal di Bandung, saya seperti gadis kampungan, banyak hal yang tidak dimengerti. Salah satu hal yang sering saya alami sebagai seorang perantau dari pulau kecil ke kota besar adalah “Tersesat!”
Dulu, saya mungkin tidak punya pengalaman tersesat, karena saya kemanapun selalu diantar. Tapi, di tempat perantauan, saya sudah beberapa kali tersesat. Namun, saya selalu ingat dengan sebuah peribahasa, “Malu bertanya, sesat di jalan.” Jadi, saya selalu memberanikan diri untuk “Mau bertanya, nggak sesat di jalan.”
Pertama kali tersesat adalah saat saya masih semester pertama kuliah. Saya tersesat di sebuah tempat yang tidak seharusnya tersesat, bahkan saat saya menceritakan ke teman, semuanya menertawai saya, bagaimana bisa tersesat di situ? Saat mencari kos, saya memang mengincar kos yang tidak terlalu masuk ke dalam gang. Jadi, dari jalan raya, masuk gang, cukup jalan sebentar sudah sampai di kos ku. Untuk perjalanan ke kampus, saya selalu menggunakan jalan raya. Tapi suatu ketika, saya diberitahu oleh mahasiswa lain yang se-kos-an bahwa ada jalan tembus dari kos ke kampus, alias jalan tikus. Pertama kali, saya diajak jalan berangkat bareng dengan kakak itu ke kampus, selanjutnya, kami juga pulang bareng. Kedua kalinya, saya juga berangkat bareng kakak itu ke kampus. Tapi, siang itu, saya pulang sendirian dan melewati jalan tikus. Mimpi buruk pun terjadi, saya tersesat di gang yang dipenuhi rumah-rumah kos. Untung hari masih siang, jadi masih terang. Saya mondar-mandir mencari jalan yang benar. Akhirnya, saya ketemu seorang ibu di gang tersebut, dan memberanikan diri untuk menanyakan jalan ke beliau, “Bu, mau ke Gang Mawar lewat mana ya?” “Ini sudah Gang Mawar,” jawab ibu itu. “Ke Gang Mawar 3, bu?” nanyaku lagi. “Owh, lewat sini, neng,” kata si-ibu sambil menunjuk jalan. Akhirnya, saya pun tiba di kos dengan selamat.
Selanjutnya, saya juga sering tersesat di berbagai tempat lainnya. Faktor penyebabnya antara lain karena saya jarang berjelajah dan karena bingung dengan rute angkot di Bandung. Oleh karena itu, kadang saat saya harus berjelajah sendirian ke sebuah tempat yang belum pernah saya kunjungi, saya selalu bertanya dulu kepada teman yang asli orang Bandung mengenai transportasi umum yang paling mudah untuk menjangkau tempat tersebut. Saya juga selalu bertanya dulu ke supir angkot untuk memastikan bahwa angkot yang saya akan naiki itu benar akan mengantarku ke tempat tujuan. Walaupun kadang dengan bertanya demikian, akan memberikan kesan bahwa ini pasti orang pendatang, jadi supir angkot yang kurang berbaik hati akan memahalkan ongkosnya. Tapi, kadang juga ada supir angkot yang baik hati banget, yang nunjuk-nunjukin arah lagi kalo memang harus berpindah ke angkot lain untuk sampai ke tempat tujuan.
Karena sudah sering salah jalan, dan mau bertanya di jalan, saya mulai bisa membaca kepahaman jalan seseorang melalui cara dia dalam menjelaskan rute. Bila seseorang memang memahami baik daerah tersebut, orang itu dapat menjelaskan rute dengan baik dan sederhana serta menyebutkan bangunan ataupun patokan lainnya. Ada pula orang yang hanya menjelaskannya dengan jalan lurus, belok kiri, belok kanan, bla bla bla. Saya rasa itu benar sebuah pernyataan Albert Einstein bahwa “Jika anda tidak dapat menjelaskannya secara sederhana, maka anda belum memahaminya dengan baik.”
Namun, sekarang dengan kecanggihan teknologi, bertanya di jalan tidak lagi hanya bertanya kepada orang yang berlalu, tapi juga bisa bertanya kepada orang tidak berada di sekitar kita. Mulai dari bertanya kepada orang lain melalui telepon, sms, maupun jaringan komunikasi lainnya, menemukan jawaban di berbagai alamat website hingga menggunakan aplikasi khusus untuk melihat rute.
Kehidupan manusia memang tidak terlepas dari bertanya. Seseorang mulai dari kecil, bertanya kepada orang tua atau keluarga, kemudian saat bersekolah akan bertanya kepada guru, dan teman. Saat saling berinteraksi di masyarakat, banyak sekali pertanyaan yang ditanyakan dari seseorang kepada orang lain. Bahkan dalam hal perkantoran, ada orang yang bekerja khusus untuk melayani pertanyaan, yaitu Customer Service. Pertanyaan tersebut dapat dilayani saat penanya datang langsung ke tempat, melayani via telepon, bahkan sekarang sudah banyak yang melalui media sosial.
Bank Negara Indonesia (BNI) pun menawarkan sebuah fitur yang sangat mempermudah pelanggan ataupun calon pelanggan untuk bertanya kapanpun dan dimanapun melalui akun twitter. Caranya, pengguna Twitter harus menjadi followers akun @BNI46, selanjutnya cukup dengan mengirimkan Direct Message (DM) #AskBNI, kemudian menyertakan kata kunci hal yang ingin ditanyakan, misalnya ingin menanyakan tentang Taplus Muda, maka kirim DM berisi #AskBNI #TaplusMuda ke @BNI46. Untuk mengetahui semua Keyword #AskBNI kirim DM, ketik: #HelpBNI.

Banyak informasi yang bisa didapat, seperti informasi promo travel, hotel, resto, dan informasi tentang produk dan layanan BNI, Taplus, Debit Card, Taplus Muda, hingga Chelsea FC Payment Cards. Sistem sudah diatur sedemikian rupa, sehingga penanya dapat memperoleh jawabannya dengan cepat, jelas, dan singkat.

Nah, sekarang dengan fitur ini, perantau tidak lagi khawatir akan tersesat di jalan untuk memperoleh informasi dari Customer Service BNI di daerah perantauan. Sebenarnya, walaupun berjelajah dan tersesat sendirian kadang sangat menakutkan, tapi justru dengan begitu, akan lebih mudah belajar mengingat jalan agar tidak tersesat kedua kalinya di jalan yang sama. Hahaha.. Selamat bereksplorasi!!!