“Belajar dari masa lalu, hidup di hari ini, berharap
untuk masa depan. Yang terpenting adalah jangan berhenti bertanya,” kata Albert
Einstein (seorang ilmuwan terkenal).
Saya adalah seorang gadis, anak sulung dari sebuah
keluarga sederhana. Saya lahir dan besar di sebuah pulau yang tidak ditemukan
pada peta dunia, bahkan peta Indonesia. Untuk membidik pulau kecil itu, anda
perlu melirik ke peta Provinsi Kepulauan Riau.
Setelah lulus SMA, saya menuntut ilmu di sebuah
perguruan tinggi di Bandung. Awal merantau, saya merasa seperti katak yang baru
dikeluarkan dari tempurung. Saya dari sebuah pulau kecil yang tidak ada mall, bioskop, bahkan restoran-restoran
makanan siap saji yang sudah bercabang di mana-mana belum mengunjuk gigi di
sana saat itu. Saat awal di Bandung, saya seperti gadis kampungan, banyak hal
yang tidak dimengerti. Salah satu hal yang sering saya alami sebagai seorang
perantau dari pulau kecil ke kota besar adalah “Tersesat!”

Pertama kali tersesat adalah saat saya masih semester
pertama kuliah. Saya tersesat di sebuah tempat yang tidak seharusnya tersesat,
bahkan saat saya menceritakan ke teman, semuanya menertawai saya, bagaimana
bisa tersesat di situ? Saat mencari kos, saya memang mengincar kos yang tidak
terlalu masuk ke dalam gang. Jadi, dari jalan raya, masuk gang, cukup jalan
sebentar sudah sampai di kos ku. Untuk perjalanan ke kampus, saya selalu
menggunakan jalan raya. Tapi suatu ketika, saya diberitahu oleh mahasiswa lain
yang se-kos-an bahwa ada jalan tembus dari kos ke kampus, alias jalan tikus.
Pertama kali, saya diajak jalan berangkat bareng dengan kakak itu ke kampus,
selanjutnya, kami juga pulang bareng. Kedua kalinya, saya juga berangkat bareng
kakak itu ke kampus. Tapi, siang itu, saya pulang sendirian dan melewati jalan
tikus. Mimpi buruk pun terjadi, saya tersesat di gang yang dipenuhi rumah-rumah
kos. Untung hari masih siang, jadi masih terang. Saya mondar-mandir mencari
jalan yang benar. Akhirnya, saya ketemu seorang ibu di gang tersebut, dan
memberanikan diri untuk menanyakan jalan ke beliau, “Bu, mau ke Gang Mawar
lewat mana ya?” “Ini sudah Gang Mawar,” jawab ibu itu. “Ke Gang Mawar 3, bu?”
nanyaku lagi. “Owh, lewat sini, neng,” kata si-ibu sambil menunjuk jalan.
Akhirnya, saya pun tiba di kos dengan selamat.
Selanjutnya, saya juga sering tersesat di berbagai
tempat lainnya. Faktor penyebabnya antara lain karena saya jarang berjelajah
dan karena bingung dengan rute angkot di Bandung. Oleh karena itu, kadang saat
saya harus berjelajah sendirian ke sebuah tempat yang belum pernah saya
kunjungi, saya selalu bertanya dulu kepada teman yang asli orang Bandung
mengenai transportasi umum yang paling mudah untuk menjangkau tempat tersebut.
Saya juga selalu bertanya dulu ke supir angkot untuk memastikan bahwa angkot
yang saya akan naiki itu benar akan mengantarku ke tempat tujuan. Walaupun
kadang dengan bertanya demikian, akan memberikan kesan bahwa ini pasti orang
pendatang, jadi supir angkot yang kurang berbaik hati akan memahalkan
ongkosnya. Tapi, kadang juga ada supir angkot yang baik hati banget, yang
nunjuk-nunjukin arah lagi kalo memang harus berpindah ke angkot lain untuk sampai
ke tempat tujuan.
Karena sudah sering salah jalan, dan mau bertanya di
jalan, saya mulai bisa membaca kepahaman jalan seseorang melalui cara dia dalam
menjelaskan rute. Bila seseorang memang memahami baik daerah tersebut, orang
itu dapat menjelaskan rute dengan baik dan sederhana serta menyebutkan bangunan
ataupun patokan lainnya. Ada pula orang yang hanya menjelaskannya dengan jalan
lurus, belok kiri, belok kanan, bla bla bla. Saya rasa itu benar sebuah
pernyataan Albert Einstein bahwa “Jika anda tidak dapat menjelaskannya secara
sederhana, maka anda belum memahaminya dengan baik.”
Namun, sekarang dengan kecanggihan teknologi, bertanya
di jalan tidak lagi hanya bertanya kepada orang yang berlalu, tapi juga bisa
bertanya kepada orang tidak berada di sekitar kita. Mulai dari bertanya kepada
orang lain melalui telepon, sms, maupun jaringan komunikasi lainnya, menemukan
jawaban di berbagai alamat website hingga menggunakan aplikasi khusus untuk
melihat rute.
Kehidupan manusia memang tidak terlepas dari bertanya.
Seseorang mulai dari kecil, bertanya kepada orang tua atau keluarga, kemudian
saat bersekolah akan bertanya kepada guru, dan teman. Saat saling berinteraksi
di masyarakat, banyak sekali pertanyaan yang ditanyakan dari seseorang kepada
orang lain. Bahkan dalam hal perkantoran, ada orang yang bekerja khusus untuk
melayani pertanyaan, yaitu Customer
Service. Pertanyaan tersebut dapat dilayani saat penanya datang langsung ke
tempat, melayani via telepon, bahkan sekarang sudah banyak yang melalui media
sosial.
Bank Negara Indonesia (BNI) pun menawarkan sebuah
fitur yang sangat mempermudah pelanggan ataupun calon pelanggan untuk bertanya
kapanpun dan dimanapun melalui akun twitter. Caranya, pengguna Twitter harus
menjadi followers akun @BNI46,
selanjutnya cukup dengan mengirimkan Direct
Message (DM) #AskBNI, kemudian menyertakan kata kunci hal yang ingin
ditanyakan, misalnya ingin menanyakan tentang Taplus Muda, maka kirim DM berisi
#AskBNI #TaplusMuda ke @BNI46. Untuk mengetahui semua Keyword #AskBNI kirim DM,
ketik: #HelpBNI.
Banyak informasi yang bisa didapat, seperti informasi
promo travel, hotel, resto, dan informasi tentang produk dan layanan BNI,
Taplus, Debit Card, Taplus Muda, hingga Chelsea FC Payment Cards. Sistem sudah
diatur sedemikian rupa, sehingga penanya dapat memperoleh jawabannya dengan
cepat, jelas, dan singkat.
Nah, sekarang dengan fitur ini, perantau tidak lagi
khawatir akan tersesat di jalan untuk memperoleh informasi dari Customer Service BNI di daerah
perantauan. Sebenarnya, walaupun berjelajah dan tersesat sendirian kadang
sangat menakutkan, tapi justru dengan begitu, akan lebih mudah belajar
mengingat jalan agar tidak tersesat kedua kalinya di jalan yang sama. Hahaha.. Selamat
bereksplorasi!!!